Senin, 27 November 2017

Sesungguhnya Aku diutus sebagai Guru





Tulisan berikut ini adalah bahan ceramah yang disampaikan pada peringatan Hari Guru di Pondok Pesantren Al-Uswah Langkat hari Sabtu 25 Nopember 2017. Semoga bermanfaat.


Alqur’an menegaskan status Rasulullah sebagai Pengajar.

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam beberapa ayat berikut ini :
1. Surat Al-Jumu’ah ayat 2 :
)هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ(
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata.

       2. Surat An-Nisa ayat 79 :
(وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولاً وَكَفَى بِاللّهِ شَهِيداً(
Dan Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia dan cukuplah menjadi saksi.

       3. Surat Saba’ 28 :
(وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيراً وَنَذِيراً وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ)
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.

       4. Surat Ali Imran 79 :
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِّي مِن دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِن كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.

Sedangkan dari khazanah Hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menguatkan hal tersebut seperti hadits-hadit yang saya terjemahkan artinya (dengan segenap kekurangan dan kedangkalan ilmu saya) sebagai berikut.

ـ روى ابنُ ماجَهْ في ((سُنَنه)) والدّارِميُّ في ((سننه)) ، واللفظ لابن ماجه ، عن عبد الله بن عَمْرو بن العاص رضي الله عنهما قال : ((خَرَج رسول الله صلى الله عليه وسلم ذاتَ يوم من بعض حُجَره ، فدخلَ المسجد ، فإذا هو بحَلْقَتين : إحداهما يَقرؤون القرآن ويدَدعون الله تعالى ، والأخرى يَتعلَّمون ويُعلِّمون ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : كلٌّ على خير ، هؤلاء يقرؤون القرآن ويَدْعون الله ، فإن شاء أعطاهم وإن شاء مَنَعهم ، وهؤلاء يُعلمون ويَتعلمون ، وإنما بُعِثتُ مُعلِّماً ، فَجَلَسَ معهم)) .
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan ad Darimi (lafaznya menurut Ibnu Majah) dari Abdullah ibn ‘Amru ibn al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma ia berkata : pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari sebuah kamarnya dan masuk ke masjid menemukan ada dua lingkaran pengajian (halaqah) pada salahsatu halaqah mereka sedang membaca alqur’an dan berdoa kepada Allah sedangkan halaqah satu lagi mereka sedang belajar dan mengajarkan maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : semuanya dalam keadaan mendapatkan kebaikan, mereka membaca alquran dan berdoa kepada Allah, bila Allah mau maka diterima dan bila tidak maka tidak diterima, sedangkan mereka (halaqah lain) belajar dan mengajar, sesungguhnya Aku diutus sebagai Mu’allim (Guru) maka ia pun duduk bersama mereka.
ـ وروى مسلم في كتاب الطلاق من ((صحيحه)) ، في قصة تخيير النبي صلى الله عليه وسلم زوجاتِه الشريفات رضي الله عنهن ، وقد بَدأ بعائشة منهن فاختارَتْه رضي الله عنها ، ورَغِبَتْ منه أن لا يُخبِرَ غيرها أنها اختارته ، فقال لها عليه الصلاة والسلام : ((إنَّ الله لم يَبعثني مُعَنِّتاً ولا مُتَعنِّتاً ، ولكن بعثني مُعلِّماً مُيَسِّراً)) .
Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab ath-Thalaq dari Kitab Shahihnya yaitu pada kisah diberinya pilihan kepada istri-istri beliau nan mulia radhiyallahu ‘anha (antara tetap bersama beliau atau dicerai) maka dimulailah dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha maka beliau memilih tetap bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedangkan dalam benaknya beliau ingin agar selain dirinya tidak memilih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka berkatalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepadanya : sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai mu’annit bukan pula muta’annit akan tetapi mengutusku sebagai mu’allim (guru) dan muyassir (yang memudahkan urusan).
ـ وروى مسلم أيضاً عن معاوية بن الحَكَم السُّلَمي رضي الله عنه ، قال : ((بَيْنا أنا أُصلّي مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ، إذ عَطَس رجلٌ من القوم ، فقلتُ : يَرحمُك الله ، فرَماني القوم بأبصارهم! فقلتُ : واثُكْلَ أُمِّياه ! ما شأنُكم تنظرون إليَّ؟! فجعلوا يَضربون بأيديهم على أفخاذهم ، فلما رأيتُهم يُصمِّتونني سكَتُّ . فلما صلّى رسول الله صلى الله عليه وسلم دَعاني ، فبأبي هو وأُمّي ، ما رأيتُ مُعلِّماً قبلَه ولا بعدَه أحسنَ تعليماً منه ، فوالله ما كَهَرني ، ولا ضربني ، ولا شَتَمني ، قال : إنَّ هذه الصلاة لا يَصْلُحُ فيها شيء من كلام الناس ، إنما هو التسبيح ، والتكبير ، وقراءة القرآن)) .
Imam Muslim meriwayatkan dari Mu’awiyah ibn al-Hakam al-Sulami radhiyallahu ‘anhu ia berkata : sesaat ketika aku sholat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seorang lelaki dari jama’ah bersin maka aku berkata “yarhamukaAllah” (semoga Allah memberimu rahmat) maka semua orang pun mengarahkan pandangannya kepadaku. Maka akupun berujar : waa tsakla ummiyaah (ujaran orang yang sedang kesal seperti sebuah kalimat ooii atau aah atau semisalnya) kenapa kalian memandangiku ? mereka pun memukuli paha mereka dan ketika aku melihat mereka mengisyaratkan kepadaku untuk tidak berkata-kata akupun diam. Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selesai sholat ia pun memanggilku maka demi ayah dan ibuku tidaklah aku pernah melihat seorang mu’allim sebelum dan sesudah beliau yang lebih bagus mengajarnya dari pada beliau. Demi Allah ia tidak menghardikku, tidak memukulku, dan tidak mengata-ngataiku, ia berkata : sesungguhnya sholat ini tidaklah pantas didalamnya ada ujaran manusia, hanyalah yang ada didalamnya tasbiih, takbir dan bacaan alqur’an.

Maha Besar Allah dan Maha Suci dari segenap kekurangan, luar biasanya kepribadian dan metode pengajaran Sang Guru Teladan kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Wajar bila murid-murid dan alumninya mampu menjadi penopang dan pejuang kemenangan ajaran yang dibawanya. Sekalipun mereka awalnya hanyalah para penggembala kambing dan onta ditengah padang pasir tidak dikenal sejarah peradaban dunia tapi akhirnya mampu menjadi pemimpin peradaban mengalahkan Romawi dan Persia yang saat itu adalah pemuncak peradaban itu. Dengan “tangan dingin” nya mereka berubah menjadi generasi tak kenal takut dijalan Allah dan tak bisa dihadang laju perjuangannya.

Maka bersyukurlah wahai para Guru. Anda adalah penerus risalah dan kerja Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan juga para Nabi sebelumnya. Mereka bertugas mengajarkan dan menyebarluaskan ketauhidan, akhlak mulia, ilmu-ilmu pengetahuan dalam kitab Allah dan pengamalan agama secara praktis.

Ingatlah risalah dan kedudukan yang sangat agung ini. Ditangan anda baik buruknya masa depan ummat dan bangsa ini. Apalagi saat keberadaan generasi saat ini yang sering dijuluki generasi emas karena mereka yang akan menjadi penerus bangsa ini. Ada pula yang menyebutnya sebagai bonus demografi karena sangat banyaknya generasi muda yang menyesaki negara ini. Bila salah mengelolanya maka suramlah masa depan bangsa ini. Tapi bila benar dan baik maka kita boleh tersenyum dan optimis dengan kemajuan dan kebangunan negara dan bangsa kita ini.
Oleh sebab itu hendaklah kita berusaha mengikuti jejak beliau dalam mengajar. Mulai dari niat awal hingga praktek mengajar sedapat mungkin. Mulai dari urusan sikap mental demikian pula aplikasi pola pengajaran. Tidak perlu terlalu sibuk dengan urusan administrasi sehingga melalaikan keutamaan dan kebagusan mengajar serta tugas membina generasi.

Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah –rahimahullah- mencatat dalam kitabnya “Ar-Rasuul Al-Mu’allim” 40 macam model mengajar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berikut ini secara ringkas dinukilkan daftarnya secara ringkas. Keterangan lebih rinci dengan teks hadits atauriwayatnya dapat dirujuk ke buku tersebut. Model-model mengajar itu adalah sebagai berikut:
1.         Mengajar dengan Jejak Rekam Kepribadian Baik dan Akhlak Nan Mulia.
2.         Mengajar Hukum-hukum secara bertahap.
3.         Menjaga Keseimbangan dalam Pengajaran dan Menghindari Cara yang Membosankan.
4.         Mempertimbangkan Keunikan masing-masing Peserta Didik.
5.         Mengajar dengan Dialog dan Melemparkan Pertanyaan.
6.         Mengajar dengan diskusi dan melakukan Perbandingan yang logis.
7.         Bertanya untuk menggali pengetahuan dan kecerdasan para Shahabatnya.
8.         Mengajar dengan Analogi dan Perumpamaan.
9.         Membuat Penyerupaan dan Contoh-contoh.
10.     Menggambar diatas tanah.
11.     Kombinasi Kalimat dengan Isyarat.
12.     Menunjukkan secara konkrit sesuatu yang dilarang dalam rangka memperkuat status pelarangannya.
13.     Memulai dengan memberitahu sebelum muncul pertanyaan.
14.     Menjawab Pertanyaan seperlunya.
15.     Menjawab Pertanyaan dengan tambahan jawaban.
16.     Memindahkan perhatian si penanya dari apa yang ditanyakannya kepada hal lainnya.
17.     Mengulang pertanyaan demi memenuhi penjelasan hokum.
18.     Menyerahkan pertanyaan kepada Shahabat lain dalam rangka melatihnya.
19.     Menguji seseorang yang sudah tahu jawaban agar diberikan pujian nantinya.
20.     Diam dan menyetujui saja dengan apa yang sedang terjadi dihadapannya.
21.     Memanfaatkan kondisi yang muncul secara incidental.
22.     Mengajar dengan humor dan bergurau.
23.     Memperkuat bahan pengajaran dengan sumpah.
24.     Mengulang penjelasan sebanyak 3 kali untuk menguatkan isi pelajaran.
25.     Menunjukkan perhatian atas suatu isi pelajaran dengan mengubah cara duduk dan posisi atau mengulang kata-kata.
26.     Mengundang perhatian pendengar dengan mengulangi panggilan dan menunda jawaban.
27.     Menarik perhatian lawan bicara dengan memegang tangan atau pundaknya.
28.     Menjawab tidak secara terperinci agar si pendengar terdorong untuk menggali lebih jauh dengan tujuan mendorong agar mengerjakan atau mencegah hal yang ditanyakan tersebut.
29.     Menjelaskan secara global terlebih dahulu kemudian baru secara terperinci supaya menjadi lebih jelas dan lebih mudah diingat serta difahami.
30.     Menyebutkan suatu hal yang dapat dihitung secara global terlebih dahulu kemudian menjelaskannya secara terperinci.
31.     Mengajar dengan Mau’izhah dan Peringatan.
32.     Mengajar dengan Memotivasi dan Menjelaskan Sanksi.
33.     Mangajar dengan Cerita dan Kisah Kaum Terdahulu.
34.     Memberikan Pendahuluan yang Halus sebelum mengajarkan sesuatu yang dapat mengundang rasa malu.
35.     Cukup dengan isyarat dan sindiran dalam mengajarkan sesuatu yang dapat mengundang rasa malu.
36.     Memberikan perhatian terhadap pengajaran dan nasehat bagi kaum perempuan.
37.     Menunjukkan kemarahan dan kata-kata keras saat diperlukan.
38.     Memilih cara tertulis sebagai sarana pengajaran dan penyampaian ajaran.
39.     Memerintahkan para Shahabat agar belajar bahasa Siryaniyah.
40.     Mengajar dengan Kepribadian Nan Mulia.

Masih banyak sekali yang harus kita gali dari kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai seorang mu’allim atau guru. Dari peri hidup beliau mampu melahirkan generasi shahabat nan mulia serta penuh prestasi gemilang mengantarkan mereka sebagai pemimpin peradaban. Mampu berdakwah sebaik-baiknya dan menyebarluaskan Islam hingga ke pelosok dunia.


Generasi teladan seperti itulah yang kita cita-citakan lahir dari pengajaran kita. Maka sudah seharusnya pula kita meneladani dan mengikuti cara guru utama mereka. 

1 komentar: