Kamis, 24 Januari 2013

Pendidikan berkualitas hanya untuk Si Kaya





Kualitas Pendidikan di negara kita masih menjadi topik yang penting untuk dibicarakan.Terlebih setelah putusan MK lahir dan membatalkan salah satu program pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan dianggap dapat meningkatkan kualitas pendidikan nasional yaitu RSBI dan SBI.


Pemerintah menetapkan beberapa sekolahnya untuk menjadi SBI dan RSBI.Anggaran yang besar disediakan untuk merealisasikan program ini.Pelaksanaan program ini diyakini dapat memacu kemajuan program pendidikan nasional.


Sekolah-sekolah yang telah ditetapkan statusnya menjadi SBI atau RSBI pun berlomba untuk menerapkan pola pendidikan ini dilingkungannya.Orangtua murid diminta membayar sumbangan sebesar-besarnya demi terwujudnya sekolah berstandar internasional itu.


Benar,logikanya tentu saja untuk mendapatkan mutu yang tinggi pasti fasilitas dan sarana sekolah harus lengkap dan baik juga.Guru juga harus digaji lebih tinggi karena mereka diseleksi sedemikian rupa dan sebagiannya wajib memiliki strata paling kurang S2.Belajar berhitung dan sains harus menggunakan bahasa inggris sebagai pengantarnya.Bahkan ada gurunya yang harus dibayar pakai dollar.Ruangan ber AC dan bla bla bla begitu lengkap dan terstandarnya segala aspek pembelajaran di sekolah ini.


Yang paling penting tentunya untuk mendapatkan fasilitas macam begini mau tidak mau pasti perlu dana tidak sedikit.Kemana kan dicari dana ? Orang tua lah jawabannya walaupun bukan seluruhnya dari orangtua.Pasti orangtua yang mampu membiayai semua ini adalah orang tua yang kaya dan berharta.Kemanakah si miskin dan papa ? jangan mimpi sekolah disini cari aja sekolah pemerintah lainnya yang tentu standarnya lebih rendah, menetapkan biaya rendah dan fasilitas seadanya.


Memang berat memikirkan kemajuan sekolah.Pendidikan di negara kita kebanyakan mengandalkan fasilitas seadanya.Sementara maunya kita segala sesuatunya harus baik dan berkualitas tinggi. Seperti yang sudah dikemukakan diatas bahwa keberadaan fasilitas dan sarana termasuk standar guru yang tinggi memerlukan biaya yang sangat besar.Lantas kemanakah sekolah harus mencari semua biaya itu? Disebabkan orangtua yang menginginkan kebaikan dan kemajuan anaknya maka beban biaya itu harus ditanggung oleh orangtua.


Masalahnya adalah tidak semua mampu membayar tinggi untuk pendidikan anaknya.Inilah tantangan yang harus dijawab lembaga-lembaga pendidikan kita apalagi lembaga pendidikan Islam yang lebih kental nilai sosial dan dakwahnya.


Tantangan ini harus kita jawab bersama-sama.Disatu pihak kita sangat berkeinginan agar kualitas pendidikan sekolah-sekolah kita baik dan bermutu. Namun kita juga tidak dapat menolak kenyataan bahwa untuk dapat mencapai mutu dan kualitas itu diperlukan sumber daya yang juga sangat mahal karena mau tidak mau kita harus menyediakan segala sarana dan fasilitas penunjang yang dapat membantu kita mencapai cita-cita pendidikan yang baik itu.


Apakah kita dapat mengandalkan pemerintah saja? Apakah dengan alokasi 20 persen anggaran untuk pendidikan itu sudah menjamin tersedianya pendidikan yang bermutu ? Nyatanya sekolah yang masuk kategori RSBI atau SBI itu “memaksa” para orangtua untuk merogoh koceknya dalam-dalam.


Perkembangan sekolah-sekolah yang disebut sebagai Sekolah Islam Terpadu yang muncul dalam kurun waktu lebih satu dasawarsa belakangan ini juga cukup menarik untuk dicermati.Rerata sekolah ini maju dan berhasil meraih prestasi dalam akademik maupun aspek pendidikan lainnya walaupun ya itu tadi dengan konsekwensi bayarannya juga tidak seperti sekolah kebanyakan.Apalagi dengan konsep fulldays school yang dikembangkan maka komponen lain seperti biaya catering makan siangnya juga ikut menambah besaran iuran yang harus dilunasi orangtua.


Bukan maksud hati menyesali kenyataan yang ada namun tentunya kita harus memikirkan juga apa jadinya masa depan bangsa kita bila memang pendidikan baik dan bermutu itu hanya bisa dinikmati segolongan orang saja ?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar