Masa peringatan itu akhirnya
kembali tiba.Ramai-ramai memperingati sosok yang sangat dicinta.Pribadi yang
sungguh sangat disuka.Penuh teladan, inspirasi dan pedoman.Tidak ada yang rela
ia dicela, dilecehkan atau direndahkan walau diri sendiri sekalipun belum
sempat membuktikan cinta sejati untuknya.
Bulan-bulan yang penuh acara peringatan lahirnya Sang Mulia nan
penuh teladan.Walau banyak kalam para ulama menegahnya akan tetapi itulah
ritual dan tradisi orang di Indonesia.Tidak mudah merubahnya begitu
saja.Apalagi sudah mendarah daging dalam kehidupan sepanjang masa.Akhirnya
karena disana sini tentu ada manfaatnya maka beberapa kalimat ini ingin
terungkap begitu saja.
Tak ingin masuk dalam bahasan panjang tentang kedudukan acara
Maulidnya . Yang jelas sepanjang masa tak pernah sepi dari ungkapan rasa cinta
terhadap Sang Mulia.Ada yang menuangkannya dalam kitab-kitab besar dan
kecil,ringkas dan tebal, puisi ataupun prosa.Semua bermuara pada keinginan
membuktikan cinta yang tak terperi bagi Sang Baginda.
Ia memang pribadi manusia sempurna sebenarnya.Tauladan lengkap
bagi semua pribadi dan bangsa dengan berbagai macam kecendrungan, sifat
,kedudukan dan profesinya.Sebagai anak, sebagai bapak, sebagai guru,sebagai
panglima atau sebagai kepala negara.Apapun ceritanya ia tak ada bandingnya.
Sepanjang tahun selalu saja ada momentum untuk mengingat kembali
kebesaran dan tauladannya.Diawal tahun hijriyah ada fragmen kehidupan luar
biasa yang ditunjukkannya dalam rangka menyelamatkan diri dan melindungi
perlindungan bagi tumbuh kembang dakwahnya.Hijrah yang penuh hikmah dan
pelajaran dalam perjuangan memppertahankan sebuah cita-cita.
Berpindah masuk ke rabiul awwal dan akhir.tidak juga seharusnya
ummat ini kehilangan masa untuk dijadikan momen mengingatkan kembali kebesaran
pribadi dan perjuangan Sang Idola.Mulai dari masa kelahiran hingga wafatnya
dingat dan dijadikan bahan ceramah mencerahkan kehidupan para pengikutnya yang
bahkan tak pernah berjumpa dengannya.
Ketika bulan punn berganti Rajab lagi-lagi ummat
pencintanya mendapatkan sebuah momen lagi untuk memperingati peristiwa besar
lainnya dalam kehidupan Sang Mulia dan sangat berpengaruh bagi ummat yang
datang sesudahnya.Sholat sebagai tiang agama ini pasti tak kan pernah terlepas
dari cerita agung Isra’ dan mi’rajnya.
Sebagai seorang anak muda tak kurang bakti dan hormatnya pada yang
lebih tua dan berjasa membesarkannya.
Sebagai orang yang
sangat dihormati dan berkuasa tak sekalipun pernah melemparkan kata-kata kasar
yang menyalahkan perbuatan pembantunya yang masih sangat belia : Anas bin Malik.
Sebagai suami tak pernah sekalipun menyepelekan apalagi menyakiti
semua istri-istrinya.Bahkan beberapa pekerjaan rumah pun dikerjakannya walau
tak payah baginya menyuruh dan memerintahkan.
Sebagai paman yang sangat kasih dengan anak-anak lingkungannya tak
sungkan ia bercanda dengan Abu Umair yang sedang bermain dengan burung
kecilnya dan mengucapkan : apa yang sedang diperbuat si Nughair ?
Apakah sebagai penguasa ia bersifat keras kepala mempertahankan
pendapat dan tak menerima masukan dari rakyat yang dipimpinnya ? Sekali-kali
tidak ! Bahkan ia paling banyak meminta pendapat dari sahabat-sahabat untuk
memenuhi perintah Syuro.
Perang Badar dan Khabbab bin Arat salahsatu dari banyak
saksinya.Juga ada para sahabat Tua dan Muda yang menjadi teman musyawarahnya
dalam menentukan apakah strategi yang dipakai ofensif atau defensif.Medan
perang khandaq pun menjadi saksi betapa ia menerima masukkan dari salahsatu
sahabat mulianya yang bahkan tak sebangsa dengannya untuk melaksanakan strategi
perang dengan pertahanan parit.
Itulah sekelumit cerita tentang keteladanannya yang tak kuasa
tangan ini menuliskan dan memenuhi hak penulisannya.Harapan saja semoga
beberapa untaian kalimat ini menjadi saksi betapa cintaku kepadanya dan
berharap di akhirat kelak dapat bertetangga dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar