Teringat
akan sebuah status di laman facebook seorang teman yang kira-kira bunyinya :
“bila pakaian yang terbuka menunjukkan semakin modern nya seseorang maka
sungguh monyet adalah makhluk paling modern”.
Beberapa
waktu yang lampau pernah muncul sebuah berita pada sebuah media dunia maya
mengabarkan bahwa sekelompok wanita berdemonstrasi di depan Gedung Putih
Amerika Serikat.
Digambarkan bahwa perempuan-perempuan tersebut melakukan demonstrasi dengan hanya berbalut hot pants dan kaos seksi . Seharusnya tulisan ini sudah ditampilkan sejak berita itu terbit dan masih segar diingatan nama medianya.Tapi ya seperti ungkapan anak saya “daripada gak samasekali lebih baik agak terlambat” .
Digambarkan bahwa perempuan-perempuan tersebut melakukan demonstrasi dengan hanya berbalut hot pants dan kaos seksi . Seharusnya tulisan ini sudah ditampilkan sejak berita itu terbit dan masih segar diingatan nama medianya.Tapi ya seperti ungkapan anak saya “daripada gak samasekali lebih baik agak terlambat” .
Para
demonstrans tersebut mengangkat isu kebebasan khususnya kebebasan perempuan
untuk berpakaian terbuka dengan alasan seperti yang tertulis dalam salah satu
spanduk yang mereka bawa : “tubuh kami adalah milik kami”. Sehingga orang lain
tentu saja tidak boleh mengatur mereka mau pakai apa saja termasuk pakaian
terbuka seperti hotpants dan pakaian minim yang mereka pakai.
Isu
dan pelaksanaan demo ini terkait dengan pemikiran bahwa perkosaan bisa terjadi
akibat dari busana yang dipakai si korban.Alasan ini sering dikemukakan dalam
beberapa kasus pemerkosaan yang terjadi sehingga solusinya adalah seorang
wanita seharusnya tidak berpakaian minim dan terbuka untuk menghindari
rangsangan terjadinya sebuah tindak kejahatan pemerkosaan.
Namun
rupanya pemikiran seperti itu tidak diamini oleh mereka para demonstran ini
karena dianggap telah mengatur dan membatasi kemerdekaan mereka.Buat apa kami
diatur-atur toh tubuh ini kami yang punya kok mau dibalut pake apa aja ya
terserah kami dan ujungnya bila ada perkosaan maka jangan sampai kami
yang disalahkan akibat model pakaian yang kami kenakan tapi yang salah adalah
pelaku atau para lelaki yang terangsang dan tak dapat menahan syahwatnya dengan
tubuh kami.
Inilah
sebuah gambaran persepsi orang-orang dibarat sana tentang sebuah kebebasan dan
hak manusia. Inilah salahsatu peristiwa disamping berjuta peristiwa atau berita
lainnya yang dapat menjelaskan pada kita apa yang ada didalam pikiran mereka
para bule-bule pirang tersebut atau para pengagum mereka dinegeri ini dan
pengikut mereka sengaja atau tidak sengaja.
Maka
dengan alasan kebebasan dan hak asasi bertebaranlah perempuan-perempuan yang
tidak tau atau tidak mau tahu tentang konsep aurat atau kewajiban menutup
bagian-bagian tubuh yang seharusnya dapat mereka lindungi dan tutupi.Dengan
bangga bahkan mereka pamerkan bagian tubuh mereka yang katanya paling mereka
banggakan.Apalagi bila kemudian ada orang lain yang mengagumi bagian tersebut
maka inilah yang akan mereka sambut dengan ucapan : terimakasih atau bahkan
mereka memuji Tuhan karena kemolekan bagian tubuh yang mereka pamerkan.Ada pula
yang mengatakan ini kan anugrah Tuhan buatku maka sudah seharusnya Aku syukuri
dan tunjukkan kepada orang lain.
Tidak
kurang para pendukung pemikiran para bule ini pun sudah ada pendukungnya
sehingga kalau ada yang mengajak para perempuan untuk memakai pakaian yang agak
lebih tertutup saja maka lontaran sinis dan antipati langsung keluar dan
menempati ruang opini atau berita di media.Tentu kita masih ingat apa reaksi
sebagian tokoh perempuan saat salahsatu gubernur provinsi terbesar penduduknya
dan kaum musliminnya di Indonesia mengajak agar para penari daerahnya
mengenakan pakaian yang lebih tertutup.
Ini
semua berkaitan erat dengan dasar pemikiran bahwa “tubuh kami milik kami” yang
sudah disebutkan diatas.”Kalianlah wahai para lelaki yang harus menghormati
kami dan menjaga mata kalian agar tidak jelalatan memandang kami dengan pakaian
apapun yang membalut tubuh kami” – mungkin sekalipun tak berbalut apapun.
Tak
jelas apakah seharusnya mereka yang menganut pikiran semacam ini pun hendaknya
juga harus memahami bahwa para lelaki pun punya hak memandang dan melihat
sekelilingnya dan juga bisa saja tak dapat membendung keinginan menikmati
pemandangan “ indah “ yang terhampar didekatnya, terlepas apakah kemudian ia
memilih menunudukkan pandangan seperti ajaran Islam atau tetap menuruti hawa
nafsunya.
Yang
jelas untuk masalah seperti ini ajaran Islam telah menetapkan sejak masa
Nabinya yang Agung bahwa sebagaimana si lelaki harus berupaya menundukkan
pandangan dan menjaganya dari yang tidak boleh dilihat apalagi dinikmati maka
demikian pula mewajibkan bagi perempuan untuk menutupi auratnya agar tidak
mengundang terjadinya dosa. Jadilah semua komponen masyarakat terjaga dan
terlindungi semua kemaslahatannya.Itulah konsep Islam nan mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar