Rabu, 06 Februari 2013

Tubuhmu Milikmu tapi Mataku Milikku




Teringat akan sebuah status di laman facebook seorang teman yang kira-kira bunyinya : “bila pakaian yang terbuka menunjukkan semakin modern nya seseorang maka sungguh monyet adalah makhluk paling modern”.


Beberapa waktu yang lampau pernah muncul sebuah berita pada sebuah media dunia maya mengabarkan bahwa sekelompok wanita berdemonstrasi di depan Gedung Putih Amerika Serikat.
Digambarkan bahwa perempuan-perempuan tersebut melakukan demonstrasi dengan hanya berbalut hot pants dan kaos seksi . Seharusnya tulisan ini sudah ditampilkan sejak berita itu terbit dan masih segar diingatan nama medianya.Tapi ya seperti ungkapan anak saya “daripada gak samasekali lebih baik agak terlambat” .


Para demonstrans tersebut mengangkat isu kebebasan khususnya kebebasan perempuan untuk berpakaian terbuka dengan alasan seperti yang tertulis dalam salah satu spanduk yang mereka bawa : “tubuh kami adalah milik kami”. Sehingga orang lain tentu saja tidak boleh mengatur mereka mau pakai apa saja termasuk pakaian terbuka seperti hotpants dan pakaian minim yang mereka pakai.


Isu dan pelaksanaan demo ini terkait dengan pemikiran bahwa perkosaan bisa terjadi akibat dari busana yang dipakai si korban.Alasan ini sering dikemukakan dalam beberapa kasus pemerkosaan yang terjadi sehingga solusinya adalah seorang wanita seharusnya tidak berpakaian minim dan terbuka untuk menghindari rangsangan terjadinya sebuah tindak kejahatan pemerkosaan.


Namun rupanya pemikiran seperti itu tidak diamini oleh mereka para demonstran ini karena dianggap telah mengatur dan membatasi kemerdekaan mereka.Buat apa kami diatur-atur toh tubuh ini kami yang punya kok mau dibalut pake apa aja ya terserah kami  dan ujungnya bila ada perkosaan maka jangan sampai kami yang disalahkan akibat model pakaian yang kami kenakan tapi yang salah adalah pelaku atau para lelaki yang terangsang dan tak dapat menahan syahwatnya dengan tubuh kami.


Inilah sebuah gambaran persepsi orang-orang dibarat sana tentang sebuah kebebasan dan hak manusia. Inilah salahsatu peristiwa disamping berjuta peristiwa atau berita lainnya yang dapat menjelaskan pada kita apa yang ada didalam pikiran mereka para bule-bule pirang tersebut atau para pengagum mereka dinegeri ini dan pengikut mereka sengaja atau tidak sengaja.


Maka dengan alasan kebebasan dan hak asasi bertebaranlah perempuan-perempuan yang tidak tau atau tidak mau tahu tentang konsep aurat atau kewajiban menutup bagian-bagian tubuh yang seharusnya dapat mereka lindungi dan tutupi.Dengan bangga bahkan mereka pamerkan bagian tubuh mereka yang katanya paling mereka banggakan.Apalagi bila kemudian ada orang lain yang mengagumi bagian tersebut maka inilah yang akan mereka sambut dengan ucapan : terimakasih atau bahkan mereka memuji Tuhan karena kemolekan bagian tubuh yang mereka pamerkan.Ada pula yang mengatakan ini kan anugrah Tuhan buatku maka sudah seharusnya Aku syukuri dan tunjukkan kepada orang lain.


Tidak kurang para pendukung pemikiran para bule ini pun sudah ada pendukungnya sehingga kalau ada yang mengajak para perempuan untuk memakai pakaian yang agak lebih tertutup saja maka lontaran sinis dan antipati langsung keluar dan menempati ruang opini atau berita di media.Tentu kita masih ingat apa reaksi sebagian tokoh perempuan saat salahsatu gubernur provinsi terbesar penduduknya dan kaum musliminnya di Indonesia mengajak agar para penari daerahnya mengenakan pakaian yang lebih tertutup.


Ini semua berkaitan erat dengan dasar pemikiran bahwa “tubuh kami milik kami” yang sudah disebutkan diatas.”Kalianlah wahai para lelaki yang harus menghormati kami dan menjaga mata kalian agar tidak jelalatan memandang kami dengan pakaian apapun yang membalut tubuh kami” – mungkin sekalipun tak berbalut apapun.


Tak jelas apakah seharusnya mereka yang menganut pikiran semacam ini pun hendaknya juga harus memahami bahwa para lelaki pun punya hak memandang dan melihat sekelilingnya dan juga bisa saja tak dapat membendung keinginan  menikmati pemandangan “ indah “ yang terhampar didekatnya, terlepas apakah kemudian ia memilih menunudukkan pandangan seperti ajaran Islam atau tetap menuruti hawa nafsunya.


Yang jelas untuk masalah seperti ini ajaran Islam telah menetapkan sejak masa Nabinya yang Agung bahwa sebagaimana si lelaki harus berupaya menundukkan pandangan dan menjaganya dari yang tidak boleh dilihat apalagi dinikmati maka demikian pula mewajibkan bagi perempuan untuk menutupi auratnya agar tidak mengundang terjadinya dosa. Jadilah semua komponen masyarakat terjaga dan terlindungi semua kemaslahatannya.Itulah konsep Islam nan mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar