Minggu, 17 Maret 2013

Berbakti kepada orangtua dan pengaruh maksiat





Allah subhanahu wata’ala menempatkan perintah berbakti kepada orangtua pada tempat kedua setelah perintah untuk bertauhid seperti yang disebutkan dalam surat Annisa’ ayat 36 yang artinya :


Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kepada kedua orang ibu-bapa, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

Dalam tafsir biasa kita temukan penjelasan bahwa penempatan seperti ini bukanlah sembarang penempatan tetapi memiliki faidah dan pelajaran.Faidah tersebut dalam tafsir ayat ini adalah menunjukkan bahwa berbakti pada orangtua itu merupakan perbuatan utama dan mempunyai posisi sangat penting karena ditempatkan oleh Allah subhanahu wata’ala pada urutan kedua setelah perintah paling utama yaitu bertauhid kepada Allah serta tidak syirik sedikitpun jua.

Orangtua adalah pribadi yang telah melahirkan dan berjasa besar memelihara, membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Pengorbanan dan daya upaya sebesar-besarnya mereka arahkan untuk kebaikan dan kemaslahatan anak-anaknya. Tak jarang sesuatu yang sebenarnya sangat berharga buat mereka akan tetapi rela dikorbankan demi kebahagiaan dan kepentingan sang buah hatinya. Hebatnya lagi untuk semua pengorbanan itu tidak sedikit pun berharap mendapatkan keuntungan dan balas jasa dari anaknya.

Beranjak dari hal ini sangatlah pantas bila seorang anak membaktikan diri pada kedua orangtuanya dan sikap durhaka menjadi sesuatu yang sangat tercela.Apalagi bila perbuatan baik terhadap orangtua ini mendapatkan tempat yang tinggi dalam ajaran agama maka wajiblah hukumnya melaksanakan perintah Allah subhanahu wata’ala tersebut.

Hendaklah setiap anak menjaga hubungan baik dengan kedua orangtuanya. Bahkan dalam keadaan berbeda agama dan keyakinan sekalipun seorang anak tetap tidak terlepas kewajiban dari menghormati dan berbakti kepada mereka sepanjang tidak menyangkut urusan kemurnian akidah terhadap Allah subhanahu wata’ala sebagaimana disebutkan dalam surat Luqman ayat 15 yang artinya :

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.

Jangan pernah menyakiti hati mereka walaupun hanya dengan sepatah dua kata atau sekedar isyarat apalagi menyakitinya secara fisik. Bila seorang anak mencoba renungkan apa yang telah mereka lakukan demi kebaikannya maka pastilah kita akan sampai pada kesimpulan bahwa seberapa maksimal daya dan upaya kita kerahkan dalam rangka membalas jasa kedua orangtua pastilah tidak akan dapat mengimbanginya.

Kisah Juraij berikut ini satu diantara bukti betapa “sakti” nya kata-kata orangtua terutama ibu dalam lembar kehidupan seorang anak.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda : tidak ada yang pernah berbicara saat masih jabang bayi kecuali tiga orang : Isa putra Maryam dan seorang bayi dalam kisah Juraij.

Juraij adalah seorang penggemar ibadah. Ia memiliki sebuah gubuk tempatnya mengerjakan ibadah sekaligus tempat tinggalnya. Pada suatu hari ibunya datang saat Juraij sedang sholat (sunnah) lantas ibunya memanggil : wahai Juraij ! Ia (Juraij) berkata dalam hatinya : wahai Tuhanku : ibuku (yang harus kusahuti )atau sholatku (yang harus terus kulaksanakan) !!! Akhirnya Juraij memilih meneruskan sholatnya (daripada menuruti panggilan ibunya).Sang Ibunda pun pergi.

Keesokan harinya ibunya kembali datang dan memanggil padahal Juraij sedang sholat. Ia pun berkata dalam hati : oh Tuhanku : ibuku atau sholatku ? Rupanya Juraij masih memilih meneruskan sholatnya (daripada memenuhi panggilan ibunya)!

Sang Ibunda pun lantas berucap : Ya Allah janganlah Engkau matikan Juraij sebelum Engkau perlihatkan kepadanya wajah seorang pelacur !!!

Juraij pun dengan ibadahnya menjadi buah bibir Bani Israil.

Adalah seorang pelacur Bani Israil yang menjadi simbol kecantikan dikalangan mereka berkata : kalau kalian mau Aku menggodanya. Maka ia pun menampilkan dirinya dihadapan Juraij namun Juraij meliriknya pun tidak.

Si pelacur pun kemudian mendekati seorang penggembala yang kebetulan lagi beristirahat di gubuk Juraij dan merayunya.Si penggembala pun tergoda dan berzina dengan pelacur itu hingga ia hamil.

Ketika melahirkan si perempuan itu berkata : ini adalah hasil perbuatan Juraij ! Bani Israil pun kemudian mendatangi Juraij dan mengusirnya keluar dari gubuknya lantas mereka menghancurkan gubuk tersebut.Setelah itu mereka menggebuki Juraij.
Juraij bertanya : kenapa kalian lakukan semua ini ?

Bani Israil menjawab : engkau telah berzina dengan pelacur ini dan ia telah melahirkan ! Juraij berkata : mana bayi itu ?

Mereka pun memperlihatkan bayi itu dan Juraij kemudian berkata : kalau begitu biarkan aku sholat dulu! Dan begitu selesai sholat Juraij menekan perut bayi itu dengan jarinya seraya berkata : wahai anak, siapakah sebenarnya ayahmu ? Bayi itu menjawab : si Fulan penggembala ! (mendengar hal itu) Bani Israil pun memeluk dan menciumi Juraij (mereka berkata :) Akan kami bangunkan kembali gubukmu dengan emas ! Juraij menjawab : tidak ! bangunkan saja kembali dari tanah seperti semula. Mereka pun membangunkannya kembali.

Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Shahihnya, Kitab Ahaditsul Anbiyaa, Bab firman Allah : wadzkur fil kitaabi maryama idz intabadzat min ahlihaa, hadits no 3436, juga dalam Kitab al Mazhaalim, Bab idza hadama haithan falyabni mitslahu,  (bila menghancurkan sebuah rumah hendaklah ia membangunkan kembali rumah yang sama) , diriwayatkan pula oleh Imam Muslim dalam Shohihnya, bab Taqdiim Birril Walidain ‘alath thathawwu’ bish shalati waghairiha (mendahulukan bakti kepada kedua orangtua daripada mengerjakan sholat sunnah atau ibadah sunnat lainnya).

Cobalah mencermati betapa Allah subhanahu wata’ala telah mewujudkan ucapan Ibunda Juraij padahal sebagaimana yang digambarkan hadits ini sifat dan kedudukan Juraij selaku ahli ibadah sangat terpandang. Namun hanya karena suatu sikap saja terhadap ibunda maka Allah subhanahu wata’ala berikan balasannya pada Juraij. Lalu bagaimana dengan kita ? Wallahu a’lam.

1 komentar:

  1. bagaimana cara memperbaiki hubungan dengan ibu yg seperti orang lain?

    BalasHapus