Sabtu, 16 Maret 2013

Waspada Musibah Paling Parah






Pernahkah Anda ditimpa musibah ? Bagaimana perasaan Anda saat ditimpa sesuatu musibah ? Tidakkah Anda pernah kehilangan sebuah barang misalnya? Atau kehilangan seseorang yang Anda kasihi ? Atau suatu saat Anda sakit ? Atau Anda mengalami peristiwa yang kurang menyenangkan lainnya ? Rasanya tak ada seorangpun didunia ini yang tak pernah ditimpa musibah.

Berikut beberapa catatan yang mungkin bermanfaat bagi kita menghadapi musibah yang bisa saja menghampiri kita.
Lebih khusus lagi agar dapat menghindari suatu jenis musibah yang bahkan dapat merontokkan sendi-sendi keimanan kita.Bila beberapa musibah dalam kehidupan orang beriman justru dapat menjadi berkah maka ada pula musibah terparah dalam kehidupan.Mudah-mudahan kita dapat terjauhkan dari musibah semacam ini.

 Salahsatu keyakinan prinsip dalam Aqidah Islam adalah meyakini dan beriman dengan Takdir Allah subhanahu wata’ala. Segala sesuatu yang terjadi diatas panggung kehidupan kita ini sesungguhnya telah digariskan oleh Allah subhaanahu wata'aala.Tetapi tidak ada diantara kita yang tahu apa yang telah digariskan Allah subhaanahu wata'aala tersebut bagi kita.Sehingga walaupun kita yakin bahwa segala sesuatunya pasti telah dituliskan Allah subhaanahu wata'aala akan tetapi kita wajib berusaha dan terus berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai apa yang kita rencanakan sendiri dan kita inginkan.

Saat daya upaya kita selaku hamba telah diwujudkan maka selanjutnya apa yang terjadi itulah ketentuan Allah subhanahu wata’la ,baik atau buruk ,menyenangkan atau tidak menyenangkan.Tentu saja penilaian akan baik buruknya sesuatu yang terjadi ini adalah dipandang dari kacamata kita selaku manusia.Sebab dari sisi Allah subhanahu wata’ala pasti apapun kenyataannya tetap itulah yang terbaik dan kita tidak bisa menyandarkan keburukan kepada Allah subhanahu wata’ala.

Hikmah Allah subhaanahu wata'aala yang tidak mengungkapkan akhir semuanya bagi kita.Sebab tentunya takkan ada lagi semangat menggebu dalam diri kita saat segala sesuatunya telah nampak dan pasti didepan mata kita.Tak akan ada lagi usaha dan upaya yang mati-matian dilakukan manusia.Tetapi justru dengan tidak dibukanya itu oleh Allah kita akan berusaha sekuat tenaga dan sebaik mungkin mencapai kualitas kerja yang maksimal.Bahkan inilah kewajiban kita selaku hamba yaitu mengerjakan tugas dan segala sesuatu dengan sebaik mungkin.

Inilah mungkin maksud dari Allah subhaanahu wata'aala berfirman dalam Surat Al Mulk ayat 1 dan 2 :

1. Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
2. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun

Sebuah keniscayaan dalam kehidupan bahwa apa pun yang kita terima dan rasakan dalam kehidupan ini pastilah satu diantara dua kemungkinan.Ada yang baik dan menyenangkan namun ada pula sesuatu yang tidak menyenangkan bagi kita.Itulah dua hal yang pasti Allah subhaanahu wata'aala gariskan untuk kita. Istilah yang dipakai dalam hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam : as sarraa’ dan adh dharraa’.

Membuka ulang halaman kehidupan bangsa kita pada tahun-tahun yang lampau (2007 hingga beberapa waktu lalu). Mari kita renungkan dengan baik dan mendalam.Dari Awal hingga akhir beruntun bencana atau peristiwa yang tidak menyenangkan kita.Dibuka dengan kecelakaan kereta api,udara dan darat ditutup dengan banjir dan tanah longsor.Bukannya bermaksud mengajak anda untuk pesimis tetapi tidak tertutup kemungkinan musibah dan peristiwa sejenis akan terus berlangsung pada tahun-tahun yang akan datang.

Kenapa banyak musibah terjadi ? Apa sebabnya seakan semakin banyak tragedi dan peristiwa menyedihkan ini terus terjadi ?

Musibah itu paling tidak disebabkan oleh dua hal.

Pertama : Ketidaktahuan kita akan sebab musabab duniawi. Ketidaktahuan atau kebodohan kita terhadap sesuatu akan menjadi momok buat kita sendiri.Kebodohan itu justru akan menyerang diri kita sendiri.Dalam istilah orang Arab : “al jaahil ‘aduwwu nafsihi”. Seorang yang bodoh (tidak tahu) adalah musuh dirinya sendiri.

Bagaimana tidak bila kita ternyata telah tertipu dengan begitu cerah dan menariknya warna warni kerupuk yang kita makan setiap hari tapi ternyata warna itu berasal dari bahan pewarna pakaian yang tidak boleh digunakan untuk bahan makanan.Atau begitu segarnya sekilo ikan yang kita beli setiap hari yang ternyata telah diguyur formalin sebelumnya.Bagaimana tidak kalau kemudian penyakitlah yang bermunculan dalam tubuh kita bila makanan-makanan seperti itulah yang terus kita konsumsi.

Sebagian kita mungkin dengan mudahnya meninggalkan sholat atau berbuat maksiat tanpa mengetahui betapa besarnya dosa perbuatan tersebut atau karena tidak pernah mempelajari dan mengetahuinya.Untuk itulah agama kita mengajarkan betapa pentingnya menuntut ilmu dan senantiasa berupaya membuka diri untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan.

Kedua : Ketidak pedulian kita akan proses sebab akibat atau sebab selamat dan celaka.Sebab ini lebih karena kelalaian atau ketidakpedulian kita akan sesuatu.Padahal kita tahu dan sadar sebenarnya mana yang baik dan mana mana yang buruk.Tentu saja ini adalah kelalaian yang nyata.Kita tahu tapi tak mau tahu.Kita mengerti tetapi tak mau mengamalkan.

Padahal Allah tidak lah menurunkan dan menimpakan suatu peristiwa atau bencana tanpa ada bagian kealpaan dan kelalaian manusia disana.Tawakkal yang diajarkan dalam agama bukanlah berarti menyerahkan segala sesuatu tanpa mau berusaha secara manusiawi agar urusan tersebut dapat berjalan dengan baik.Tawakkal adalah usaha dulu semaksimal mungkin sesuai dengan prosedur yang harus dilakukan baru datang giliran tawakkal dengan sepenuhnya kepada kekuasaan Allah subhaanahu wata'aala.

Bentuk-bentuk terparah dari musibah.

Selanjutnya mari kita perhatikan musibah yang lebih parah dari musibah-musibah dunia tersebut ada jenis musibah lain yang lebih berbahaya bagi kita khususnya kaum muslimin dan sayangnya fenomena itu muncul beebarengan dengan adanya musibah musibah keduniaan sebagai mana yang telah disebutkan diatas.Musibah itu adalah musibah keakhiratan atau keagamaan atau mashaa-ib diiniyyah.Sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berlindung kepada Allah dari jenis musibah ini dalam doanya: “walaa taj’al mushiibatanaa fii diininaa”.

Bentuknya ada beberapa macam seperti berikut ini :

Pertama : Keengganan melaksanakan ajaran agama.

Begitu banyak ummat islam yang ada dinegeri kita ini. Bahkan kitalah Negara dengan penduduk muslim terbesar diseluruh dunia tetapi lihat tingkat kepatuhan mereka terhadap ajaran agama islam itu sendiri.Bukan sesuatu yang sulit untuk kita dapatkan banyaknya orang yang tahu tentang kewajiban shalat tetapi mereka tidak melaksanakan ajaran yang merupakan tiang agama ini.Masih banyak diantara kita yang malas untuk melaksanakan ajaran agama dengan berbagai alasan.Disiang hari Ramadhan yang mulia banyak ummat ini yang dengan seenaknya menyalakan rokoknya atau makan didepan orang lain dengan rakusnya. Perempuan-perempuan kita telah terbiasa membuka dan memperlihatkan auratnya.Tak ada lagi rasa malu berbuat dosa.Na’udzubillah.Ini adalah contoh-contoh musibah dalam agama yang sangat ditakutkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kedua : Meninggalkan dan mengabaikan perintah agama.

Lebih parah lagi adalah ketika kita mengabaikan ajaran agama tersebut sekalipun kita tahu dengan jelas bahwa dia adalah bagian dari agama itu sendiri.Bahkan kita tahu apa keuntungan dan manfaat positif dari melaksanakan ajaran tersebut tetapi kita mengabaikan begitu saja dan tidak mau mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.Kita tahu dengan jelas betapa kerugian besar yang akan menimpa bila penyakit kelamin menimpa kita tetapi dengan angkuhnya kita langgar perintah Allah untuk menjauhi perzinaan apalagi dengan banyak wanita. Kita tahu korupsi berakibat fatal bagi kelangsungan kesejahteraan rakyat dan ummat kita tapi ironisnya negara kita dikenal sebagai negara yang termasuk paling tinggi tingkat korupsinya.

Ketiga : Menentang dan mengejek ajaran agama.

Ini satu sikap yang lebih tercela lagi karena ketidakpatuhan bukan sekedar karena malas atau menunda-nunda pelaksanaan perintah agama namun sudah berubah menjadi penentangan dan penghinaan ajaran agama.Bila kemudian seseorang dengan sadar dan sengaja mengejek atau menghinakan satu saja ajaran agama ini maka seperti Hukum Agama mengatakan terancam delik murtad dari agama.Apabila setelah diberi kesempatan dialog dan taubat tidak juga kembali kepada jalan yang benar maka akan ditegakkan atasnya hukum orang yang murtad dari Islam yaitu dibunuh dan tidak dapat dikuburkan di pekuburan kaum muslimin. 

Maka hendaklah kita hati-hati ketika mengucapkan komentar terhadap ajaran agama ini. Jangan sampai kita katakan bahwa alqur’an dan hukum-hukumnya itu sudah tidak cocok lagi pada masa ini dan hanya cocok untuk zaman batu, atau dikatakan bahwa Islam itu sudah ketinggalan zaman dan kata-kata lain yang melecehkan agama.

Keempat : Mencaci dan melecehkan para ulama.

Bila ini terjadi berarti telah terjadilah suatu musibah besar dan parah atas ummat ini.Ulama tidak lagi dihargai dan dijadikan teladan. Sebaliknya kita merasa bahwa mereka adalah duri yang menyakiti daging kita sehingga perlu dibuang dan dihilangkan.

Padahal Ulama adalah jembatan kita untuk mengetahui dan mempelajari agama ini.Dipundak mereka teremban tugas yang sangat mulia dan begitu pentingnya untuk menjaga agar ajaran agama ini terpelihara dan terlindungi dari penganut kesesatan dan upaya penyimpangan.Sebagaimana Ilmu itu tinggi nilai dan derajatnya dalam Islam maka demikian pula kedudukan para ulamanya.Bahkan dalam Hadits disebutkan bahwa : luhuumul ‘ulamaa’ masmumah “ daging para ulama itu beracun yang berarti melecehkan mereka sama saja dengan memakan racun yang akan membahayakan tubuh dan kehormatan kita.

Oleh sebab itu perlu usaha yang terus menerus dan teratur agar para ulama itu terus tumbuh dan berkembang ditengah ummat ini.Kurikulum agama Islam yang mengacu pada keaslian ajaran Islam itu harus disusun sedemikian rupa sehingga ummat ini tidak sampai kehilangan para ulama yang mumpuni, berkualitas dan punya integritas tinggi.

Ummat ini juga harus disadarkan bahwa ulama adalah maqam yang tinggi yang tidak dengan begitu mudah saja dicapai dan didapatkan.Dengan begitu tidak dengan mudah pula kita melecehkan dan merendahkan wibawa dan kehormatan mereka.Sebab bila itu terjadi berarti kita telah ditimpa bencana dan musibah yang besar.

Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar