Pernahkah
Anda ditimpa musibah ? Bagaimana perasaan Anda saat ditimpa sesuatu musibah ? Tidakkah
Anda pernah kehilangan sebuah barang misalnya? Atau kehilangan seseorang yang
Anda kasihi ? Atau suatu saat Anda sakit ? Atau Anda mengalami peristiwa yang
kurang menyenangkan lainnya ? Rasanya tak ada seorangpun didunia ini yang tak
pernah ditimpa musibah.
Berikut
beberapa catatan yang mungkin bermanfaat bagi kita menghadapi musibah yang bisa
saja menghampiri kita.
Lebih khusus lagi agar dapat menghindari suatu jenis musibah yang bahkan dapat merontokkan sendi-sendi keimanan kita.Bila beberapa musibah dalam kehidupan orang beriman justru dapat menjadi berkah maka ada pula musibah terparah dalam kehidupan.Mudah-mudahan kita dapat terjauhkan dari musibah semacam ini.
Lebih khusus lagi agar dapat menghindari suatu jenis musibah yang bahkan dapat merontokkan sendi-sendi keimanan kita.Bila beberapa musibah dalam kehidupan orang beriman justru dapat menjadi berkah maka ada pula musibah terparah dalam kehidupan.Mudah-mudahan kita dapat terjauhkan dari musibah semacam ini.
Salahsatu keyakinan prinsip dalam Aqidah Islam
adalah meyakini dan beriman dengan Takdir Allah subhanahu wata’ala. Segala
sesuatu yang terjadi diatas panggung kehidupan kita ini sesungguhnya telah
digariskan oleh Allah subhaanahu wata'aala.Tetapi tidak ada diantara kita yang
tahu apa yang telah digariskan Allah subhaanahu wata'aala tersebut bagi
kita.Sehingga walaupun kita yakin bahwa segala sesuatunya pasti telah
dituliskan Allah subhaanahu wata'aala akan tetapi kita wajib berusaha dan terus
berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai apa yang kita rencanakan sendiri dan
kita inginkan.
Saat daya upaya kita selaku hamba telah diwujudkan maka
selanjutnya apa yang terjadi itulah ketentuan Allah subhanahu wata’la ,baik
atau buruk ,menyenangkan atau tidak menyenangkan.Tentu saja penilaian akan baik
buruknya sesuatu yang terjadi ini adalah dipandang dari kacamata kita selaku
manusia.Sebab dari sisi Allah subhanahu wata’ala pasti apapun kenyataannya
tetap itulah yang terbaik dan kita tidak bisa menyandarkan keburukan kepada
Allah subhanahu wata’ala.
Hikmah Allah subhaanahu wata'aala yang tidak mengungkapkan akhir
semuanya bagi kita.Sebab tentunya takkan ada lagi semangat menggebu dalam diri
kita saat segala sesuatunya telah nampak dan pasti didepan mata kita.Tak akan
ada lagi usaha dan upaya yang mati-matian dilakukan manusia.Tetapi justru
dengan tidak dibukanya itu oleh Allah kita akan berusaha sekuat tenaga dan
sebaik mungkin mencapai kualitas kerja yang maksimal.Bahkan inilah kewajiban
kita selaku hamba yaitu mengerjakan tugas dan segala sesuatu dengan sebaik
mungkin.
Inilah mungkin maksud dari Allah subhaanahu wata'aala berfirman
dalam Surat Al Mulk ayat 1 dan 2 :
1.
Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu,
2.
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun
Sebuah keniscayaan dalam kehidupan bahwa apa pun yang kita terima
dan rasakan dalam kehidupan ini pastilah satu diantara dua kemungkinan.Ada yang
baik dan menyenangkan namun ada pula sesuatu yang tidak menyenangkan bagi
kita.Itulah dua hal yang pasti Allah subhaanahu wata'aala gariskan untuk kita.
Istilah yang dipakai dalam hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam : as
sarraa’ dan adh dharraa’.
Membuka ulang halaman kehidupan bangsa kita pada tahun-tahun yang
lampau (2007 hingga beberapa waktu lalu). Mari kita renungkan dengan baik dan
mendalam.Dari Awal hingga akhir beruntun bencana atau peristiwa yang tidak
menyenangkan kita.Dibuka dengan kecelakaan kereta api,udara dan darat ditutup
dengan banjir dan tanah longsor.Bukannya bermaksud mengajak anda untuk pesimis
tetapi tidak tertutup kemungkinan musibah dan peristiwa sejenis akan terus
berlangsung pada tahun-tahun yang akan datang.
Kenapa banyak musibah terjadi ? Apa sebabnya seakan semakin banyak
tragedi dan peristiwa menyedihkan ini terus terjadi ?
Musibah
itu paling tidak disebabkan oleh dua hal.
Pertama : Ketidaktahuan kita akan sebab musabab duniawi.
Ketidaktahuan atau kebodohan kita terhadap sesuatu akan menjadi momok buat kita
sendiri.Kebodohan itu justru akan menyerang diri kita sendiri.Dalam istilah
orang Arab : “al jaahil ‘aduwwu nafsihi”. Seorang yang bodoh (tidak tahu)
adalah musuh dirinya sendiri.
Bagaimana tidak bila kita ternyata telah tertipu dengan begitu
cerah dan menariknya warna warni kerupuk yang kita makan setiap hari tapi
ternyata warna itu berasal dari bahan pewarna pakaian yang tidak boleh
digunakan untuk bahan makanan.Atau begitu segarnya sekilo ikan yang kita beli
setiap hari yang ternyata telah diguyur formalin sebelumnya.Bagaimana tidak
kalau kemudian penyakitlah yang bermunculan dalam tubuh kita bila makanan-makanan
seperti itulah yang terus kita konsumsi.
Sebagian kita mungkin dengan mudahnya meninggalkan sholat atau
berbuat maksiat tanpa mengetahui betapa besarnya dosa perbuatan tersebut atau
karena tidak pernah mempelajari dan mengetahuinya.Untuk itulah agama kita
mengajarkan betapa pentingnya menuntut ilmu dan senantiasa berupaya membuka
diri untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan.
Kedua : Ketidak pedulian kita akan proses sebab akibat atau sebab
selamat dan celaka.Sebab ini lebih karena kelalaian atau ketidakpedulian kita
akan sesuatu.Padahal kita tahu dan sadar sebenarnya mana yang baik dan mana
mana yang buruk.Tentu saja ini adalah kelalaian yang nyata.Kita tahu tapi tak
mau tahu.Kita mengerti tetapi tak mau mengamalkan.
Padahal Allah tidak lah menurunkan dan menimpakan suatu peristiwa
atau bencana tanpa ada bagian kealpaan dan kelalaian manusia disana.Tawakkal
yang diajarkan dalam agama bukanlah berarti menyerahkan segala sesuatu tanpa
mau berusaha secara manusiawi agar urusan tersebut dapat berjalan dengan
baik.Tawakkal adalah usaha dulu semaksimal mungkin sesuai dengan prosedur yang
harus dilakukan baru datang giliran tawakkal dengan sepenuhnya kepada kekuasaan
Allah subhaanahu wata'aala.
Bentuk-bentuk terparah dari
musibah.
Selanjutnya mari kita perhatikan musibah yang lebih parah dari
musibah-musibah dunia tersebut ada jenis musibah lain yang lebih berbahaya bagi
kita khususnya kaum muslimin dan sayangnya fenomena itu muncul beebarengan
dengan adanya musibah musibah keduniaan sebagai mana yang telah disebutkan
diatas.Musibah itu adalah musibah keakhiratan atau keagamaan atau mashaa-ib
diiniyyah.Sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berlindung kepada
Allah dari jenis musibah ini dalam doanya: “walaa taj’al mushiibatanaa fii
diininaa”.
Bentuknya
ada beberapa macam seperti berikut ini :
Pertama
: Keengganan melaksanakan ajaran agama.
Begitu banyak ummat islam yang ada dinegeri kita ini. Bahkan
kitalah Negara dengan penduduk muslim terbesar diseluruh dunia tetapi lihat
tingkat kepatuhan mereka terhadap ajaran agama islam itu sendiri.Bukan sesuatu
yang sulit untuk kita dapatkan banyaknya orang yang tahu tentang kewajiban
shalat tetapi mereka tidak melaksanakan ajaran yang merupakan tiang agama
ini.Masih banyak diantara kita yang malas untuk melaksanakan ajaran agama
dengan berbagai alasan.Disiang hari Ramadhan yang mulia banyak ummat ini yang
dengan seenaknya menyalakan rokoknya atau makan didepan orang lain dengan
rakusnya. Perempuan-perempuan kita telah terbiasa membuka dan memperlihatkan
auratnya.Tak ada lagi rasa malu berbuat dosa.Na’udzubillah.Ini adalah
contoh-contoh musibah dalam agama yang sangat ditakutkan oleh Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kedua
: Meninggalkan dan mengabaikan perintah agama.
Lebih parah lagi adalah ketika kita mengabaikan ajaran agama
tersebut sekalipun kita tahu dengan jelas bahwa dia adalah bagian dari agama
itu sendiri.Bahkan kita tahu apa keuntungan dan manfaat positif dari
melaksanakan ajaran tersebut tetapi kita mengabaikan begitu saja dan tidak mau
mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.Kita tahu dengan jelas betapa
kerugian besar yang akan menimpa bila penyakit kelamin menimpa kita tetapi
dengan angkuhnya kita langgar perintah Allah untuk menjauhi perzinaan apalagi
dengan banyak wanita. Kita tahu korupsi berakibat fatal bagi kelangsungan
kesejahteraan rakyat dan ummat kita tapi ironisnya negara kita dikenal sebagai
negara yang termasuk paling tinggi tingkat korupsinya.
Ketiga
: Menentang dan mengejek ajaran agama.
Ini satu sikap yang lebih tercela lagi karena ketidakpatuhan bukan
sekedar karena malas atau menunda-nunda pelaksanaan perintah agama namun sudah
berubah menjadi penentangan dan penghinaan ajaran agama.Bila kemudian seseorang
dengan sadar dan sengaja mengejek atau menghinakan satu saja ajaran agama ini
maka seperti Hukum Agama mengatakan terancam delik murtad dari agama.Apabila
setelah diberi kesempatan dialog dan taubat tidak juga kembali kepada jalan
yang benar maka akan ditegakkan atasnya hukum orang yang murtad dari Islam
yaitu dibunuh dan tidak dapat dikuburkan di pekuburan kaum muslimin.
Maka hendaklah kita hati-hati ketika mengucapkan komentar terhadap
ajaran agama ini. Jangan sampai kita katakan bahwa alqur’an dan hukum-hukumnya
itu sudah tidak cocok lagi pada masa ini dan hanya cocok untuk zaman batu, atau
dikatakan bahwa Islam itu sudah ketinggalan zaman dan kata-kata lain yang
melecehkan agama.
Keempat
: Mencaci dan melecehkan para ulama.
Bila ini terjadi berarti telah terjadilah suatu musibah besar dan
parah atas ummat ini.Ulama tidak lagi dihargai dan dijadikan teladan.
Sebaliknya kita merasa bahwa mereka adalah duri yang menyakiti daging kita
sehingga perlu dibuang dan dihilangkan.
Padahal Ulama adalah jembatan kita untuk mengetahui dan
mempelajari agama ini.Dipundak mereka teremban tugas yang sangat mulia dan
begitu pentingnya untuk menjaga agar ajaran agama ini terpelihara dan
terlindungi dari penganut kesesatan dan upaya penyimpangan.Sebagaimana Ilmu itu
tinggi nilai dan derajatnya dalam Islam maka demikian pula kedudukan para
ulamanya.Bahkan dalam Hadits disebutkan bahwa : luhuumul ‘ulamaa’ masmumah “
daging para ulama itu beracun yang berarti melecehkan mereka sama saja dengan
memakan racun yang akan membahayakan tubuh dan kehormatan kita.
Oleh sebab itu perlu usaha yang terus menerus dan teratur agar
para ulama itu terus tumbuh dan berkembang ditengah ummat ini.Kurikulum agama
Islam yang mengacu pada keaslian ajaran Islam itu harus disusun sedemikian rupa
sehingga ummat ini tidak sampai kehilangan para ulama yang mumpuni, berkualitas
dan punya integritas tinggi.
Ummat ini juga harus disadarkan bahwa ulama adalah maqam yang
tinggi yang tidak dengan begitu mudah saja dicapai dan didapatkan.Dengan begitu
tidak dengan mudah pula kita melecehkan dan merendahkan wibawa dan kehormatan
mereka.Sebab bila itu terjadi berarti kita telah ditimpa bencana dan musibah
yang besar.
Wallahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar