Rabu
malam sepekan sebelum perhelatan pilkada propinsi terbesar di Sumatra
berlangsung datang seruan perjuangan agar dapat memobilisasi dana dari seluruh
kader dakwah ini lengkap dengan besaran yang harus diupayakan oleh seorang
kader “biasa” ataupun yang duduk sebagai anggota legislatif.
Kesigapan
para pejuang sedang diuji.Bukan hanya kali ini mereka diminta berkorban tetapi
sepanjang jalan keterlibatan dakwahnya telah berulang kali ini
berlangsung.Apalagi menjelang siklus politik lima tahunan ini, apalagi selama
dua bulan ini tiap pekan berturut-turut sudah diadakan pertemuan-pertemuan
rutin pekanan.
Setiap
pekannya harus bersiap memobilisasi diri dan anggota binaan dakwahnya untuk
mengikuti kegiatan pembinaan rutin pekanan yang dikemas khusus dalam rangka
menghadapi pilkada sebagai sarana pemenangan dakwah dan strategi membela
kepentingan ummat.Dan setiap kali itu pula mereka harus berkorban waktu,
energi,fikiran dan infaqnya.
Malam
itu disaat orang mulai bersiap beristirahat para kader dakwah itu justru berkumpul
dan mulai membahas seruan mobilisasi dana untuk pemenangan.Berat sungguh
sebenarnya bicara masalah ini melihat apa yang selama ini sebenarnya telah
mereka korbankan .
Sebagian
masih ada yang harus berjuang mempertahankan eksistensi bisnis dan jualannya
agar tidak kolaps, sebagian lagi masih harus berupaya agar penggalangan dana
untuk sekolahnya tetap berjalan baik, ada pula yang sedang menjalankan program
keliling kecamatannya melatih saksi-saksi pilkada tanpa ada support dana dari
manapun sementara becaknya juga harus digas setiap pagi demi sesuap nasi,ada
juga sih yang sudah diberi amanah sebagai anggota dewan tapi ia pun harus
menahan beban yang lebih besar dari teman-temanya sesama anggota kelompok pembinaan.
Namun
inilah konsekwensi perjuangan dan alhamdulillah semua faham ini dan lebih
membanggakan lagi ternyata semua siap berbagi dan berkorban sehingga
terkumpullah dana yang bahkan melebihi target yang sebelumnya telah diumumkan.
Betul
ada yang terpaksa sementara mengakui tidak bisa berbagi karena memang tidak ada
yang bisa “diperas” lagi.Tetapi ketiadaan ini menjadi tak berarti diterpa
gelombang pengorbanan teman lainnya yang kebetulan dapat rizki lebih dari
biasanya, Masya Allah !
Itulah
secarik gambaran jiwa berkorban yang telah terpatri dalam jiwa mereka yang
disiapkan untuk menyambut kemenangan dari Sang Pemberi Kemenangan. Hanya secarik
saja.Yakin bahwa peristiwa semacam ini pun terjadi pada banyak kelompok
pembinaan lainnya.
Semua
merasa bertanggung jawab penuh atas kemenangan dan kejayaan dakwah.Mereka telah
mengunyah dengan baik taujih yang senantiasa diberikan para pembinanya : “semua
harus memiliki sidik jari dalam perjuangan pemenangan dakwah”. Semua
mengerahkan potensi dan kemampuannya agar dakwah ini menang padahal sementara
yang lain ketika ditawari peluang untuk memenangkan dakwah ini jawabannya
adalah : “wani piro ???
Pertemuan
malam itu ditutup dengan doa yang khusyu’ agar Allah memberkahi semua langkah
dan upaya yang telah dilakukan demi kemenangan yang bermakna serta memberikan
pertolongannya agar kampanye terakhir yang akan berlangsung didaerah mereka
sukses.Terakhir doa rabithah dan kaffaratul majlis pun dilantunkan.Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar