“وأما
موقفنا من الهيئات الإسلامية علي اختلاف نزعاتها ، فموقف حب و إخاء وتعاون وولاء ،
نحبها ونعاونها ، ونحاول جاهدين أن نقرب بين وجهات النظر ونوفق بين مختلف الفكر
توفيقاً ينتصر به الحق في ظل التعاون والحب .
ولا يباعد بيننا وبينها رأي فقهي أو خلاف مذهبي ، فدين الله يسر ، ولن يشاد
الدين أحد إلا غلبه . ولقد وفقنا الله إلى خطة مثلي ، إذ نتحري الحق في أسلوب لين
يستهوي القلوب وتطمئن إليه العقول ، ونعتقد أنه سيأتي اليوم الذي تزول فيه الأسماء
والألقاب والفوارق الشكلية والحواجز النظرية وتحل محلها وحدة عملية تجمع صفوف
الكتيبة المحمدية حيث لا يكون هناك إلا إخوان مسلمون ، للدين عاملون وفي سبيل الله
مجاهدون : (وَمَنْ يَتَوَلَّ اللهَ
وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْغَالِبُونَ)
(المائدة:56 “ (
“Adapun
pendirian kami terhadap organisasi-organisasi Islam dengan berbagai coraknya
adalah pendirian yang penuh cinta dan rasa bersaudara, ingin saling tolong
menolong dan saling setia, kami mencintainya dan menolongnya serta berupaya secara optimal untuk
mendekatkan pendapat masing-masing, mengkombinasikan antar pemikiran dengan upaya kombinasi yang memenangkan
kebenaran dalam naungan semangat cinta dan tolong-menolong. Tidak kami inginkan
pendapat Fiqh atau perbedaan madzhab menjadi faktor yang saling menjauhkan kami
, karena sesungguhnya Agama Allah itu mudah dan tidak ada yang mencoba
mempersulit ajaran agama ini kecuali ia akan terkalahkan. Sungguh Allah telah
memberi kami taufiq berupa rencana program yang ideal yaitu tindakan yang
senantiasa berupaya menepati kebenaran dengan pendekatan yang lembut yang akan
menarik hati dan diterima baik oleh akal. Kami pun yakin bahwa suatu hari nanti
akan luntur semua nama, julukan, dan perbedaan-perbedaan “bungkus” dan
penghalang-penghalang teoritis berganti dengan persatuan kerja yang
menggabungkan barisan-barisan pasukan Muhammad sehingga tak ada lagi disana
kecuali sesama muslim yang saling bersaudara, yang bekerja untuk agama dan
berjihad dijalan Allah : “dan barangsiapa yang menyerahkan kesetiaannya kepada
Allah dan Rasulnya dan orang-orang yang beriman maka sesungguhnya golongan
Allah lah yang akan menang” (al-Maidah : 56) “
Segala puji bagi
Allah subhanahu wata’ala yang telah meninggikan kedudukan orang-orang yang
berdakwah menyeru kepada jalan Nya. Shalawat dan salam atas tauladan para juru
dakwah dan ummat akhir zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang
telah menjalankan amanah dakwah dengan sebaik-baiknya, demikian pula atas Keluarganya,
para Shahabatnya dan mereka yang setia dengan tuntunannya.
Pertengahan September
tahun 1997 , sungguh sebuah pengalaman hidup yang tidak terlupakan. Hari-hari
pertama berada dalam lingkungan belajar di Kota Nabi yang damai dan tenang.
Sempat terkejut karena disambut panas tak biasa yang langsung menerpa wajah
begitu keluar pintu pesawat Saudia yang mengantarkan kami tiba di Bandara
Pangeran Abdul Majid Madinah Almunawwarah. Namun panas dan terik cuaca tak
mempengaruhi kedamaian nan terasa di
kota berkah ini. Apalagi bila pengalaman itu dirangkaikan dengan sejarah
kehidupan dalam dakwah maka sungguh pengalaman yang sulit terlupakan.
Akhirnya saat-saat
itu menginjakkan kaki juga di kota Nabi dengan cita menimba sebanyak-banyaknya
ilmu pengetahuan dari mata airnya nan murni dan segar. Dalam kampus segera
bersua raut wajah sumringah dan berseri teman-teman senegeri menyambut dan segera mendampingi
menyelesaikan urusan registrasi dan proses mendapatkan kamar asrama. Apalagi
memang sebagian mereka adalah teman-teman yang dulu juga sama sempat sekolah
atau kuliah di tanah air. Semua terasa indah dilingkupi bahagia dan ruh
persaudaraan. Semua bersatu tidak tampak sekat dari madrasah atau pesantren
mana dulu apalagi dari jama’ah apa anda berasal. Semua tampak menyatu karena
memang semuanya dari negeri dan tanah air yang
sama, keyakinan Islam yang sama dan bertujuan sama di tempat ini.
Apakah ada
masalah ? Malam pertama berlalu indah dan senyap karena badan pun perlu
istirahat habis sembilan jam terbang dan penyesuaian waktu antar negara. Namun
tak perlu terlalu lama untuk tersingkapnya sebuah problema. Segera begitu makan
malam pertama di aula makan kampus nan luas itu problem itu mulai menampakkan
dirinya.
keesokan harinya suasana gembira dan keakraban
yang kemarin terasa begitu indahnya berubah jadi suram dan menyesakkan dada. Sebagian
teman satu angkatan kemarin yang masih terlibat tawa canda menjauh dan menjaga
jarak dengan sebagian lainnya. Akan halnya para senior yang kemarin terlihat
tak ada beda sekarang terlihat berkelompok-kelompok dan bersekat-sekat tak
terlihat saling menyapa dan bertukar senyum. Beberapa diantaranya bahkan ketika
bertemu melintas menampakkan wajah dan tampang seram bahkan salam tak berbalas
salam paling banter sekedar anggukan dan selintas senyum mirip sengir kuda.
Sebagian ada
yang gabung kelompok senior sebelah sana dan sebagian tetap ada yang bersama
senior sebelah sini. Makan pun jadi tak bisa satu meja. Berjalan dan naik bus
ke Masjid Nabi pun jadi harus berbeda kecuali terpaksa. Majlis Ilmu Syaikh yang
dihadiri juga harus berbeda. Bagi yang satu hanya ada satu atau dua halaqah
saja yang harus dihadiri yang lain tak masuk kriteria dan kalau bisa tak usah
dihadiri. Kalau kita berada dalam satu halaqah berarti saudara tapi kalau tidak
jangan harap dapat senyum dan sapa.
Baru semalam
menginap di asrama setelah berada di lingkungan ilmu tersebut semuanya terlihat
berubah dan memaksa saya untuk berfikir memahami kenapa keadaan seperti itu
dapat terjadi ? Kenapa keakraban antar para penuntut ilmu dan calon juru dakwah
ini bisa berubah hanya dalam semalam. Berubah
dari sebuah keakraban yang tidak membedakan dari lingkungan belajar atau
kelompok dakwah mana kita berasal menjadi terkotak-kotak dan bahkan saling menyalahkan
dan menjauhi ? Yang paling tidak dapat saya fahami adalah bahwa perubahan ini
terjadi hanya dalam rentang waktu satu malam saja.
Bingung ? Wajar
saja, karena memang seharusnya dalam lingkungan damai dan ilmiah seperti itu
rasanya kok aneh dan ajaib bila semacam ini bisa terjadi. Pertanyaan demi
pertanyaan sesungguhnya setiap hari menggelayut dalam benak ini. Apa masalahnya
sehingga para pelajar dan calon juru dakwah ini diawal keberadaannya
mempersiapkan diri dengan ilmu pengetahuan warisan Nabi di kota Nabi yang penuh
berkah ini terpecah dan terkotak-kotak serta saling menjauhi dan saling
menyalahkan, tidak saling menyapa, tidak saling tersenyum dan bahkan tidak mau
membalas salam saudaranya.
Bila dalam masa
menuntut ilmu saja seperti itu kenyataannya bagaimana nanti setelah pulang atau
bertemu medan atau jamaah binaan di tanah air ? Adakah permasalahan seperti ini
nanti tidak akan terbawa ke medan perjuangan dan dakwah ditanah air ? Akan
semua ini berlalu ketika pulang nanti ? Apa yang bakal terjadi kelak ?
Waktu terus
berjalan dan keadaan tetap seperti itu hingga saya selesai dan harus
meninggalkan semua fasilitas dan kesenangan belajar di kampus berkah itu.
Banyak dari pertanyaan tadi mendapatkan jawabnya saat keterlibatan dalam dunia
dakwah dan pergaulan di tanah air kemudian. Kenyataan demi kenyataan terpampang
didepan mata dan terhubungkan dengan fenomena kehidupan yang sempat dirasakan
dihari-hari yang sudah terlewatkan tadi.
Perbedaan antar
juru dakwah dan gerakan dakwah adalah kenyataan pahit yang masih bisa kita
saksikan saat ini. Dilengkapi dengan sikap-sikap merendahkan, sinisme dan
bahkan tuduhan-tuduhan keji yang sama sekali jauh dari semangat toleransi
keislaman dan ruh persaudaraan sesama muslim. Perbedaan pendapat yang
seharusnya menambah indah cakrawala ukhuwwwah menjadi mendung hebat yang menyalakan
kilat dan menyemburkan api-api yang membakar sesama saudara penghuni bumi dakwah
dibawahnya.
Suasana menjadi
tak sehat lagi karena sesama saudara penyeru dakwah saling menyalahkan dan
merendahkan. Timbul anggapan bahwa “Aku yang benar dan penghuni surga
sedangkan yang lain pergi aja ke neraka.” “Kawan itu sudah melenceng dan
jadi ahli bid’ah.” “Kelompok itu sedikit ilmu dan nggak nyunnah.” “Syekh
nya aja udah nggak bener apalagi pengikutnya”. “dia nggak semanhaj
dengan kita”. Tak ada penghargaan terhadap kitab, sikap dan pernyataan
tertulis, yang ada hanya tunjuk hidung dan lemparkan tuduhan : “ente salah
dan ente tipe ahli neraka”. Pokoknya panjang deh jadinya. Menyedihkan
memang tapi itulah sebagian kenyataannya.
Padahal kalau
kita baca baik-baik ungkapan diawal tulisan ini maka rasanya selesailah
sudah masalah. Tidak usah dicari siapa
yang mengucapkan atau menuliskan itu, cukup dibaca dan direnungkan saja. Itu
bukan tulisan asal ketemu atau tak ada sumbernya. Saya pastikan ada sumbernya
dan sangat mudah untuk ditunjukkan. Tapi sudahlah baca aja dulu ungkapan itu dan
renungkan kemudian hubungkan dengan ajaran Islam ini pasti ketemu deh landasan
kokohnya.
Besar harapan
saya tentunya keadaan yang terceritakan diawal tulisan ini yang berlanngsung 16
tahun yang lampau itu telah berubah menjadi lebih baik seiring dengan dinamika
dan perubahan yang terjadi di medan dakwah tanah air. Sudah lebih banyak
mudah-mudahan intelektual dan juru dakwah bijaksana yang telah kembali dan
melaksanakan aktifitas dakwah di tanah air dan membawa hikmah kebijaksanaan
dakwah bersamanya. Bukan kembali untuk semakin memperlebar perbedaan.
Apa yang
disampaikan dalam awal tulisan ini itulah seharusnya sikap dan pendirian semua aktifis,
juru dakwah, tokoh dan organisasi Islam menghadapi kenyataan berbilangnya
wahana dakwah dan kecendrungan aktifisnya. Menjadi pandangan dan sikap semua
aktifis dan wahana dakwah yang menyatakan kesetiaannya pada Allah, Rasulnya dan
Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Karena pada hakekatnya kita semua bersaudara
dan bersatu tujuan meniti jalan surgawi untuk menegakkan kebenaran dan panji
Ilahi Rabbi diatas dunia ini.
Bukankah indah
merona bila kita semua berjalan seiring dalam menyeru ummat menuju kebaikan dan
menegahnya dari keburukan walau berlainan wahana serta ada segi-segi yang
sedikit berbeda antar kita. Bukankah menjadi lebih produktif dan mempercepat
jalan kemenangan bila semua kita serius dan fokus melibatkan diri dalam
kerja-kerja dakwah tanpa harus mencela dan menyudutkan sesama saudara? Bila ada
yang kurang sesuai atau tak begitu sempurna ada aturan saling manasehati sesama
kita. Mari beriring, bekerja sama dan bahu membahu membangun menggapai surga.
Mau ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar