Sabtu, 16 Januari 2016

Menggapai Takdir





Bisa jadi tulisan ini terlalu singkat untuk menjelaskan prinsip takdir dalam keyakinan muslim tetapi paling tidak satu jawaban pokok dari persoalan yang sering ditanyakan beberapa orang ada jawabannya. Pertanyaan itu kenapa sih harus ada takdir, kalau memang semua sudah ada ketentuannya lantas buat apa lagi kita berusaha diatas dunia ini?

Apapun yang terjadi dalam kehidupan kita ini sudah tercatat dalam taqdir Allah subhaanahu wata'aala. Merujuk hadits taqdir maka penentuan itu telah terjadi saat 40 hari ketiga dari proses penciptaan manusia. Sehingga hidup kita ini sebenarnya hanyalah menjalani taqdir yang telah ditentukan Allah subhaanahu wata'aala tersebut.

Masalahnya adalah kita tidak tahu apa yang telah ditetapkan Allah subhaanahu wata'aala terhadap kita. Tak seorang pun manusia yang diberi informasi tersebut,tidak pula makhluk terkasihnya yaitu Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam. Kita tidak akan pernah tahu kapan kita akan dilahirkan – saat kita masih dikandungan – dan tak tahu pula kapan kita akan mati. Demikian pula hal-hal lain yang hingga itu terjadi tetap merupakan rahasia yang hanya diketahui Allah subhaanahu wata'aala saja.

Namun disinilah sebenarnya letak hikmah dari Allah subhaanahu wata'aala dalam menutup pintu pengetahuan akan takdir yang telah ditetapkannya bagi manusia. Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa taqdir Allah telah tertuang dalam lauhul mahfuzh sehingga apapun yang terjadi pasti telah ditaqdirkan Allah subhaanahu wata'aala, sementara itu kita tak memiliki pengetahuan sedikitpun akan hal tersebut akankah kita kemudian bersikap apatis dan menyerah menunggu taqdir itu datang ? Tentu bukan itu yang diinginkan Allah subhaanahu wata'aala.

Ketidaktahuan itulah yang seharusnya menjadikan kita bergerak dan dinamis serta selalu optimis. Karena dengan demikian Allah subhaanahu wata'aala membuka peluang amal yang sangat luas dihadapan kita. Berbagai pintu aktifitas dapat kita laksanakan dalam rangka menemukan taqdir Allah subhaanahu wata'aala tersebut. Hidup kemudian menjadi ajang bertanding meraih prestasi paling tinggi yang dapat kita lakukan,dan untuk setiap keberhasilan ada pahala yang akan mengalir ke catatan amal kita. Maha Kuasa Allah subhaanahu wata'aala menciptakan kita dengan ketidaktahuan kita akan taqdirnya dan Maha Bijaksana Allah subhaanahu wata'aala yang kemudian menjadikan dunia ini sebagai ajang pertandingan menuju prestasi tinggi dalam kebaikan.

Coba kita bayangkan siapa yang akan berusaha,beramal dan beraktifitas menuju tujuan hidupnya bila semua informasi tentang masa depan itu telah diungkap Allah subhaanahu wata'aala kepadanya ? Siapa yang akan bersemangat meraih prestasi bila semua hasil akhirnya telah terbentang jelas dihadapannya? Siapa yang akan mau bersusah payah berikhtiar bila tak satupun lagi dari rahasia masa depan iyang bakal terjadi telah tersingkap ? Maka tak akan ada lagi seorangpun  yang mau berusaha,dan berlomba mendapatkan hasil terbaiknya.


Jadi yang seharusnya terus menjadi perhatian manusia sesungguhnya hanyalah bagaimana ia bisa berhasil mengisi kehidupannya dengan beragam amal dan kebaikan secara maksimal dan optimal. Berusaha sebaik-baiknya menjadi pemenang dalam pertandingan yang dilaluinya. Siapa tahu dengan hasil ? Yang penting berusaha dan beramal dengan menjalankan segenap ikhtiar sehingga hasil yang akan kita peroleh adalah hasil yang berkelas. Bukan sekedar menjalankan hidup saja atau menghabiskan jatah waktu umur kita saja. Itulah yang seharusnya dan paling penting daripada mengeluh kenapa Allah takdirkan saya begini atau dengan congkak kita bertanya kalau memang Allah adil tentunya yang kafir tak akan jadi kafir dan masuk neraka. Ayo mari beramal dan berlomba menemukan takdir kita. Kerja dulu sekeras-kerasnya, masalah apa yang bakal terjadi diujung hanya Allah yang akan menentukannya. Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar