Subhanallah, luar biasa Imam as-Syafi'ie. Rahmat Allah senantiasa baginya. Hingga saat ini mazhabnya diikuti oleh jutaan ummat terutama di Iraq (tempat awal menetapnya, Mesir (tempat terakhir menetap hingga wafatnya, Yaman, dan menyeberang hingga ribuan kilo di wilayah Nusantara. Kecemerlangan dan pengaruh luas yang diberikan Allah pada beliau dikaji oleh para Ulama.
Syaikh Abu Zahroh
mengembalikan kecemerlangan Syafi’ie kepada beberapa faktor (10):
Pertama: bakat kecemerlangan yang diberikan Allah
subhanahu wata’ala kepadanya.
Allah subhanahu wata’ala
telah mengistimewakannya dengan potensi dirinya yang menjadikannya puncak dari
tokoh-tokoh pemikiran. Kuat penangkapan, cepat nalar dalam berfikir, mendetail
dalam memahami, berpegang pada kaidah-kaidah umum ( qawa’id kulliyyah) dalam menyelesaikan
persoalan juz’iyyat dan furuu’ (parsial). Ungkapan kata-katanya indah dan mudah
dipahami, jelas dan berpandangan tajam.
Kedua: Syuyuukh ( Para Syaikh Pendidiknya).
Syafi’i -rahimahullah-
mengambil fiqh dan hadits dari para syaikh dimasanya yang membawa berbagai pola
fikirnya baik di Makkah, Madinah, Yaman dan Iraq.
Beliau mengambil fiqh
Malik langsung darinya, fiqh al-Auza’ie dari muridnya Umar ibn Salamah, fiqh
Laits ibn Sa’ad dari muridnya Yahya ibn Hassan, dan fiqh Abu Hanifah beserta
murud-muridnya dari Muhammad ibn al-Hasan. Dengan demikian terkumpullah dalam
diri asy-Syafi’ie sejumlah besar ilmu ini dengan masing-masing corak dan
orientasinya. Ia pun berhasil menggabungkan semuanya dan mengambil satu makna
umum untuk kemudian dicurahkannya kepada manusia dengan bahasa yang jelas dan
indah serta pendapat yang kuat.
Ketiga: proses belajar pribadi dan
pengalaman-pengalamannya.
Syafi’ie telah telah
melanglang buana dalam mendapatkan hadits dan fiqh ke Madinah menemui Imam
Negeri Hijrah Malik ibn Anas. Kemudian mengembara ke Yaman selanjutnya
mengadakan perjalanan ke Iraq dan Mesir. Sebagai hasil dari berbagai perjalanan
ini beliau mendapatkan pengalaman dalam mengatahui pergaulan manusia, adat
tradisi dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Perjalanan ini pun mengasah
sanubarinya, meningkatkan pemahamannya, dan membuatnya dapat melihat serta
memperhatikan sejumlah corak fiqh yang beraneka ragam untuk kemudian
menganalisanya bagaikan seorang kritikus yang handal dan tajam tanpa terikat
dengan satu madzhab atau satu kelompok atau sekte keagamaan. Inilah dia
asy-Syafi’ie.
Keempat: Masa Syafi’ie.
Syafi’ie lahir dan hidup
pada masa keemasan Daulah Abbasiyah dan kekuatan wewenangnya serta berjayanya
kehidupan yang Islami. Pada masa itu kota-kota Islam penuh dengan aktifitas
para Ulama dan pola mereka yang mengambil inspirasi dari filsafat Yunani,
kesusastraan Persia, keilmuan India dan gerakan penterjemahan yang dimotori
oleh para Khalifah Abbasiyyah. Para Khalifah ini menyokong dan mendorong
gerakan ini. Tentu saja ini berpengaruh dalam pemikiran Islam.
Imam Syafi’ie tumbuh
dalam suasana yang diwarnai dengan kemunculan gerombolan pengacau Aqidah (kaum
Zindiq) yang mencoba menyusun makar untuk menghancurkan jama’ah kaum muslimin.
Tumbuh berbagai aliran. Hal ini menyebabkan sebagian besar Ulama terdorong
untuk menyerang balik mereka dan mempertahankan benteng Islam. Hal-hal ini
memberi manfaat kepada para ulama yaitu kekuatan dalam cara berdebat fiqh untuk
menegakkan argumen (dalil) dan memaksa lawan untuk tunduk. Imam Syafi’ie
termasuk orang yang mengambil manfaat ini.
Dalam masa ini pula telah
terkodifikasi sebagian materi fiqh dan menjamur debat-debat fiqh dikalangan
para ulama. Itu dalam masalah khilafiyah. Ini memberi pengaruh terhadap Syafi’i
dan ia berhasil mengambil manfaat dari perdebatan-perdebatan ini dalam
meletakkan dasar-dasar Ilmu Ushul Fiqh. Dasar-dasar Ilmu Ushul Fiqh ini diwarisi
oleh generasi sesudahnya. Demikian pula ia telah memberi kontribusi yang besar
kepada manusia dalam bidang fiqh dengan kekayaan ilmiah yang banyak sekali.
Semoga rahmat Allah senantiasa dicurahkan kepadanya. Selanjutnya insyaallah dikaji tentang corak Fiqh Imam Syafi'ie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar