Jumat, 19 Januari 2018

Meresapi Keagungan Tauhid dalam Surat Al-Ikhlas (Bagian 1)







بسم الله الرحمن  الرحيم
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

Terjemahnya :
1.  Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2.  Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3.  Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4.  Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Keagungan Surat Al-Ikhlas
Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala yang telah menurunkan sumber ilmu pengetahuan yang tak pernah kering karena seringnya digali dan didalami. Shalawat dan salam atas Rasulnya yang mengajarkan isi dan cara mengambil manfaat dari sumber ilmu pengetahuan tersebut. Itulah Alqur’an yang agung dan penuh dengan berbagai faidah untuk kebahagiaan manusia didunia maupun untuk akhiratnya.

Diantara sekian banyak surat dalam alqur’an setelah alfatihah mungkin al-ikhlas adalah satu diantara yang paling sering kita baca baik didalam sholat maupun dalam dzikir-dzikir yang kita lantunkan. Ada yang dengan sadar mengetahui latar belakang kebesaran dan kelebihan surat tersebut namun tidak jarang pula yang hanya telah terbiasa dan karena mudahnya membacanya.

Sepanjang pengalaman menjadi dai penyusun banyak menemukan mereka yang dengan semangatnya sering membaca dan menghafalnya tetapi ketika misalnya ditanya apa dasar kesenangannya terhadap surat ini tidak banyak yang dapat menyebutkannya dengan pasti. Tetapi kebiasaan yang terbentuk telah berpuluh tahun dijalani.

Untuk bagian masyarakat seperti inilah terlebih dahulu penyusun sampaikan tulisan sederhana ini. Sehingga dengan demikian amalan ibadah yang dilakukan semakin meningkat kualitasnya,dari hanya sekedar kesukaan dan tradisi menjadi sebuah kesadaran yang tinggi akan keagungan dan keistimewaan apa yang kita amalkan.

Surat al-Ikhlas adalah surat yang penuh dengan kelebihan. Buktinya dapat dilihat dalam riwayat-riwayat yang menerangkannya sebagaimana terdapat dalam rangkaian tulisan ini. Kandungan utamanya pula adalah deklarasi tegas tentang keyakinan yang harus tertanam dalam dada setiap muslim tidak ada tawar menawar. Keyakinan lain yang tidak sejalan dengan deklarasi ini berarti bukan Islam dan keluar dari Tauhid. Oleh sebab itu maka meresapi dan memahami surat ini adalah bagian dari upaya mengokohkan keislaman dan ketauhidan tersebut.

Seperti yang disebutkan dalam Tafsir Alqur’an Kemenagri: Surah ini meliputi dasar yang paling penting dari risalah Nabi Muhammad yaitu menauhidkan dan menyucikan Allah serta meletakkan pedoman umum dalam beramal sambil menerangkan amal perbuatan yang baik dan yang jahat, menyatakan keadaan manusia sesudah mati mulai dari sejak berbangkit sampai dengan menerima balasannya berupa pahala atau dosa. Telah diriwayatkan dalam hadis bahwa surah ini sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an, karena barang siapa menyelami artinya dengan bertafakur yang mendalam, akan menjadi jelas baginya bahwa semua penjelasan dan keterangan yang terdapat dalam Islam tentang tauhid dan kesucian Allah dari segala macam kekurangan merupakan perincian dari isi surah ini.

Disebutkan dalam sebuah hadits :
Dari ’Aisyah, bahwasanya Rasulullah saw. pernah mengutus seorang laki-laki dalam suatu peperangan. Ketika salat bersama sahabat-sahabatnya, laki-laki itu membaca surah dan mengakhirinya dengan "Qul Huwallahu Ahad." Pada saat mereka kembali, hal itu disampaikan kepada Rasulullah saw. Rasul berkata, "Tanyakan kepadanya apa maksud dari perbuatannya itu." Mereka pun menanyakannya. Laki-laki itu menjawab, "Itu adalah sifat Allah Yang Maha Penyayang. Saya suka membacanya." Rasulullah saw. bersabda, "beritahukanlah dia, bahwa Allah mencintainya." (Riwayat Muslim).

Dari titik ini penulis memandang bahwa tulisan ini cukup penting dibentangkan kepada khalayak khususnya kaum muslimin agar tujuan penyadaran akan agungnya surat ini berikut kandungannya serta pengokohan keyakinan tersebut dapat tercapai.

Hampir keseluruhan bahan penyusunan tuliskan ini diambil dan diterjemahkan sebagian besarnya dari Tafsir Imam Ibnu Katsir . Termasuk sumber periwayatan yang disebutkan oleh beliau. Hanya saja rangkaian jalur periwayatan tersebut dimasukkan kedalam catatan kaki dan tidak masuk kedalam halaman isi. Hal Ini dimaksudkan agar pembaca langsung dapat menngambil inti dari judul yang terdapat pada masing-masing pembahasan. Bila ingin lebih jauh dengan problematika keilmuan haditsnya silahkan langsung kepada kitab sumber dan kitab-kitab hadits lainnya. Tetapi bila ada pertanyaan tentang statusnya maka Ibnu Katsir telah menyaring dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan mengungkapkan semua riwayat tersebut dan menilainya.

Teks Surat dan terjemahnya serta banyak tambahan penjelasan ayat diambilkan pula dari situs al-Qur’an Kemenag Republik Indonesia. Ditambahkan dengan penjelasan atau komentar pada beberapa bagian oleh penyusun dan penjelasan singkat terhadap masalah yang terkait dengan riwayat tersebut.  Mudah-mudahan rangkaian kalimat dan riwayat yang disusun dalam susunan ini bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan dan sangat diharapkan tegur sapa dan masukan demi perbaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar